Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
MSN Indonesia Bisnis Indonesia Kompas Republika Tempo Detiknews Media Indonesia Jawa Pos Okezone Yahoo News New York Times Times Forbes
Google Yahoo MSN
Bank Indonesia Bank Mandiri BNI BCA BRI Cimb Niaga BII
Hariyono.org Education Zone Ekonomi Mikro Ekonomi Makro KTI-PTK Akuntansi Komputer Media Pend.Askeb Media Bidan Pendidik Materi Blog Kampus # # #
mandikdasmen Depdiknas Kemdiknas BSNP Kamus Bhs Indonesia # # # # # #
Affiliate Marketing Info Biz # # # # # # # # #
Bisnis Online Affilite Blogs Affiliate Program Affiliate Marketing # # # # # # # # #

Rabu, 02 Desember 2009 | 18.59 | 0 Comments

Mioma uteri

Mioma uteri merupakan tumor jinak uterus, dimana komposisi umumnya terdiri dari jaringan otot, kadang-kadang dapat dijumpai jaringan ikat. Dikenal juga dengan nama lain fibromioma uteri, leomioma uteri atau fibroid.

Angka kejadian yang pasti sulit ditentukan karena hampir setengahnya tidak menimbulkan gejela dan tidak perlu terapi. Diperkirakan sekitar 20% - 25% wanita usia reproduksi menderita mioma uteri. Hampir 10% dari kasus ginekologi adalah mioma uteri, dimana 40% - 50% ditemui pada usia 35 - 40 tahun. Tingginya kejadian mioma uteri pada usia reproduksi menunjukkan adanya hubungan kejadian mioma uterus dengan estrogen. Pada usia menopause terjadi regresi mioma uteri.

DEFINISI

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat uterus.

ETIOLOGI

Penyebab yang pasti dari mioma uteri sampai saat ini belum diketahui. Beberapa peneliti menduga mioma tumbuh dari sel neoplastik tunggal (monoklonal) sel - sel otot yang normal, dari sel -sel otot imatur dalam miometrium atau dari sel - sel embrional di dinding pembuluh darah uterus.

Walaupun tidak ada bukti bahwa estrogen menyebabkan mioma pertumbuhan mioma tergantung pada kadar estrogen. Tumor ini tumbuh selama masa aktifitas paling tinggi, dan ovarium. Sekresi estrogen yang terus menurus, terutama jika tidak diselingi oleh kehamilan dan laktasi diduga sebagai faktor resiko utama yang melatar belakangi pertumbuhan mioma.

Faktor genetik mungkin turut mempredisposisi terjadinya mioma uteri, karena sering dijumpai riwayat mioma pada keluarga penderita mioma uteri. Mioma dijumpai 3 -9 kali lebih sering pada ras negro dari pada kaukasia, dimana mioma banyak terjadi diantara mereka yang sangat muda dan nullipara, sementara pada ras kaukasia dijumpai pada wanita - wanita lebih tua dan multipara. Apakah hal ini mewakili faktor genetik atau akibat prevalensi infeksi panggul yang tinggi diantara wanita - wanita berkulit hitam yang mengiritasi miometrium, belum jelas.


PEMBAGIAN MIOMA UTERI

Berdasarkan letaknya mioma uteri dibagi atas :

1. Mioma submukosa.
Berada dibawah endometrium dan menonjol didalam rongga uterus. Jenis ini dijumpai 5% dari seluruh kasus moima. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar belum memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai "curette bump" dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Mioma submukosa pedunkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama "mioma geburt" atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus mioma penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses diatas.

2. Mioma intramural.
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol - benjol dengan konsistensi yang, padat. Mioma yang terletak pada didinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosum.
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi oleh serosa. Moima subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Moima subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut "wondering / parasitic fibroid".

Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam saluaran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk seperti bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde / pusaran air (whorl like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.


GEJALA KLINIS

Gejala klinis tergantung letak mioma, besarnya, perubahan sekunder dan komplikasi. Hanya 35% - 50% penderita, mioma uteri yang menimbulkan gejala klinis. Kebanyakan secara kebetulan pada saat pemeriksaan genekologi. Keluhan penderita mioma uteri umumnya adalah :

1. Perdarahan uterus abnormal.
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, metroragia dan menoragia. Dijumpai pada sekitar 30% kasus. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini adalah :
a. Permukaan endrometrium menjadi lebih luas.
b.Disertai hiperplasia endometrium.
c.Atrofi endometrium diatas mioma submukosum.
d.Peningkatan vaskularisasi pada uterus.

2. Rasa nyeri
Nyeri terjadi bila ada gangguan sirkulasi darah seperti pada degenerasi merah, terjadi peradangan dan nekrosis setempat, juga dapat terjadi akibat putaran tangkai mioma subserosum ataupun akibat kontraksi uterus dalam upaya mengeluarkan mioma dari kavum uteri.

3. Efek penekanan.
Gangguan ini tergantung dari besarnya dan tempat mioma uteri dan gejala yang dapat ditimbulkan berupa retensi urin dan obstipasi.

4. Abortus Spontan.

5. Infertilitas.


INFERTILITAS DAN ABORTUS

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh katena distorsi rongga uterus. Apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakakan berdasarkan :
1. Anamnesis
Terasa adanya benjolan baik diperut bagian bawah atau benjolan dijalan lahir untuk moima geburt dan umumnya tanpa gejala. Namum dapat juga disertai gejala berupa : perdarahan uterus abnormal, pembesaran pada uterus, rasa nyeri, efek penekanan dan intertilitas.

2. Pemeriksaan fisik
Dilakukan dengan pemeriksaan bimanual dan palpasi. Pada mioma yang besar dapat teraba perabdominal sedangkan pada mioma yang kecil ditemukan pembesaran uterus yang irreguler pada pemeriksaan pelviks. Dengan menggunakan spekulum, mioma geburt yang kecil dapat diketahui dengan mudah. Pada pemeriksaan dalam dapat diperiksa dengan jelas adanya suatu tumor, konsisten dan tangkai mioma.

3. Laboraturium
Hb rendah, leukositosis

4. Pemeriksaan penunjang :
a. Ultrasonografi
Adanya kalsifikasi ditindai oleh fokus - fokus hiperekoik dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai dengan adanya daerah hipoekoik
b. Laparoskopi
Dapat melihat secara langsung mioma uteri yang kecil.
c. Histeroskopi
Dapat melihat mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai dan dapat sekaligus mengangkat massa tumor.
d. Urografi
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan lokasi ureter bila telah terjadi penekanan oleh mioma uteri.

KOMPLIKASI

1. Degenerasi Ganas.
2. Torsi yang menimbulkan nekrosis, sindrom abdomen akut.



DIAGNOSIS BANDING

1. Kehamilan.
2. Inversio uteri.
3. Adenomiosis.
4. Koriokarsinoma.
5. Karsinoma korpus uteri.
6. Kista ovarium.
7. Sarkoma uteri.

PENANGANAN

Faktor - faktor yang dipertimbangkan dalam memilih cara penanganan mioma uteri adalah :
1. Ukuran, jumlah dan letak dari mioma
2. Umur penderita
3. Riwayat status Obstetri dan Ginekologi dari penderita
4. Berat ringannya gejala yang timbul

Penanganan mioma uteri dapat dilakukan secara :

1. Konservatif
Penderita dengan mioma yang kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, terutama pada usia perimenopause, dan dievaluasi rutin setiap 3 - 6 bulan dengan USG serial. Pemberian GnRHa (Buserelien asetat) selama 16 minggu menghasilkan generasi hialin di miometrium, sehingga uterus mengecil, akan tetapi setelah pengobatan dihentikan, mioma kembali membesar.

2. Operatif
a. Ekstirpasi
Biasanya dilakukan untuk mioma geburt

b. Miomektomi
Miomektomi merupakan terapi untuk pasien yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksi. Apabila miomektomi dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan terjadi kehamilan adalah 30 - 50%.

c. Histerektomi
Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur > 40 tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau uterus lebih besar dari kehamilan 10 - 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau mioma yang berkembang cepat.
Histerektomi dapat dilakukan secara abdominal atau pervaginam.

d. Miolisis
Mengalirkan gelombang elektromagnetik untuk menghancurkan mioma dan jaringan pembuluh yang mendukung mioma.

e. MRI ultrasound ablation
Penghancuran mioma dengan gelombang suara panas hingga memusnahkan pula jaringan mioma di sekitarnya.

f. Ablasi endometri
Penghancuran mioma oleh laser, gelombang elektro, ataupun balon yang dimasukkan ke dalam rahim.

g. Embolisasi arteri uterina ( Uterine Artery Embolization / UAE)
Disebut sebagai cara terbaru dalam mengatasi mioma. Cara kerjanya, memberi suntikan untuk menghentikan suplai makanan ke jaringan mioma agar mengecil. Caranya dengan menyumbat pembuluh darah menggunakan selang kateter. Tujuan tindakan embolisasi ini untuk menghentikan suplai darah terhadap mioma sehingga pertumbuhan mioma akan terhenti.
Efek sampingnya bisa berupa demam atau rasa sakit beberapa jam setelah terapi.

MIOMA DAN KEHAMILAN
Efek kehamilan pada mioma

Meningkatnya vaskularisasi uterus ditambah dengan meningkatnya kadar estrogen sirkulasi sering menyebabkan pembesaran dan pelunakan mioma. Mioma tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema, terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4 bulan mioma tidak bertambah besar lagi.

Jika pertumbuhan mioma terlalu cepat, akan melebihi suplai darahnya sehingga terjadi perubahan degeneratif pada tumor ini. Hasil yang paling serius adalah nekrobiosis (degenerasi merah). Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala- gejala rangsangan peritoneum dan gejala-gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan bersifat suci hama. Pasien dapat mengeluh nyeri dan demam derajat rendah, biasanya pada kehamilan 10 minggu kedua. Palpasi menunjukkan bahwa mioma sangat lunak. Terapinya adalah memberikan analgetika. Nyeri akan hilang dalam beberapa hari dan kehamilan berlanjut.

Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami torsi akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi yang nekrosis dan menimbulkan gambaran klinik acute abdomen.

Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan

Efeknya tergantung pada besar dan posisi mioma. Jika mioma menyebabkan distorsi rongga uterus, resiko abortus spontan menjadi dua kali lipat dan kemungkinan persalinan prematur meningkat. Tumor besar pada miometrium juga dapat mengakibatkan distorsi rongga uterus sehingga menyebabkan malposisi atau malpresentasi janin. Tumor di bawah uterus dapat menimbulkan obstruksi jalan lahir, sehingga menghambat persalinan pervaginam. Tumor besar pada dapat menyebabkan gejala penekanan pada kandung kemih atau rektum.

Terdapatnya mioma uteri mungkin mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :

● Mengurangi wanita menjadi hamil, terutama pada mioma submukosum.
● Kemungkinan abortus bertambah karena distorsi rongga uterus.
● Kelainan letak janin dalam rahim, pada mioma yang besar dan subserosus.
● Menghalangi jalan lahir bayi, terutama pada mioma yang letaknya di servix.
● Inersi uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma.
● Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma submukosum dan intramural.

Penatalaksanaan

Kebanyakan tumor terletak pada uterus bagian atas, pada kebanyakan pasien memungkinkan persalinan pervaginam. Sedikit wanita dengan mioma letak rendah yang menimbulkan obstruksi jalan lahir memerlukan Seksio Caesaria. Miomektomi tidak boleh dilakukan pada operasi yang sama karena bahaya hemostasis dan infeksi.

Sedapat-dapatnya diambil sikap konservatif karena enukleasi mioma dalam kehamilan sangat berbahaya karena menimbulkan perdarahan hebat dan menimbulkan abortus. Operasi dilakukan jika ada penyulit-penyulit yang dapat menimbulkan gejala-gejala akut atau karena mioma sangat besar.

CATATAN

Tidak ada cara terbaik untuk mengatasi mioma uteri. Setiap jenis terapi memiliki keuntungan dan kerugian. Faktor-faktor yang memengaruhi jenis pengobatan antara lain:
• Gejala yang dialami oleh penderita.
• Berat atau ringan gejala yang dialami.
• Apakah penderita berencana untuk memiliki keturunan.
• Faktor usia penderita. Seberapa dekat penderita dengan masa menopause.
• Rasa percaya penderita terhadap jenis terapi yang dipilih.

Kenali Gejalanya

Gejala yang timbul bergantung dari lokasi dan besarnya mioma. Namun, yang paling sering ditemukan adalah:
1. Rasa nyeri saat menstruasi.
2. Perdarahan yang banyak dan tidak seperti biasanya saat menstruasi.
3. Menstruasi yang tidak beraturan.
4. Perut terasa sebah (penuh).
5. Meningkatnya frekuensi buang air kecil.
6. Perdarahan yang banyak di luar masa menstruasi.
7. Rasa nyeri di dalam rahim.
8. Pada organ sekitar tumbuhnya mioma terasa ditekan, seperti pada kandung kemih, ureter, rongga panggul, dan lainnya.
9. Gangguan buang air besar
10. Gangguan ginjal karena pembengkakan tangkai mioma.
11. Sulit hamil karena terjadi penekanan pada saluran indung telur.
12. Bagian bawah perut dekat rahim terasa kenyal.

Bisa Diperkecil

Karena besar mioma sangat dipengaruhi oleh hormon wanita, yaitu hormon estrogen, digunakan obat yang bersifat antiestrogen. Yang mutakhir adalah GnRH (Gonadotropin releasing hormone) agonis.

Fungsi obat ini hanya mengecilkan ukuran mioma dan mengurangi gejala yang menyertainya. Menyusutnya ukuran mioma menguntungkan pasien yang memutuskan menjalani operasi. Dengan demikian, mioma tidak terlalu sulit untuk diangkat.

Meski demikian, turunnya kadar estrogen mempunyai efek samping, yaitu berkurangnya massa tulang dan berbagai gejala menopause. Karena efek samping ini, penggunaan GnRH agonis sebagai terapi biasanya hanya bersifat sementara.

Ketika terapi berakhir, hormon estrogen kembali normal diikuti dengan membesarnya kembali mioma. Kadang benjolan bisa lebih besar dari sebelumnya.

Kendala pada terapi dengan GnRH agonis ini adalah harganya yang tergolong mahal. Satu kali injeksi untuk jangka waktu satu bulan harganya kurang lebih Rp 1,5 juta.

Hindari Daging Merah

Petunjuk mengenai cara-cara menurunkan risiko dan mendukung terapi mengatasi mioma uteri dapat diperoleh dari mana saja, yakni dari Internet ataupun buku-buku kesehatan wanita.

Cara-cara yang disarankan umumnya adalah mengubah pola makan. Pola makan yang dianjurkan antara lain dengan memperbanyak asupan kedelai. Ini karena kedelai mengandung protein yang dapat menghambat pertumbuhan mioma.

Cara lain adalah mengurangi asupan daging merah dan produk susu yang mengandung estrogen tinggi. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu tumbuhnya mioma.

Pandangan tersebut didasari oleh sebuah studi oleh peneliti dari Italia yang menemukan hubungan antara konsumsi daging merah dengan mioma. Menurut hasil penelitian, wanita yang lebih banyak mengasup sayuran lebih kecil risikonya terkena mioma uteri. Tentu masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai terapi alternatif ini.

Yang jelas, meskipun sedang menjalani cara alternatif ini, selalu konsultasikan perkembangan diri Anda dengan dokter. Mioma bukan kanker, tetapi bisa menjadi masalah serius jika diabaikan.

Karena itu, bergaya hidup sehat merupakan kebiasaan harian yang seharusnya dijalani siapa saja yang tak ingin dihinggapi penyakit.

Ditulis oleh : Dr. H. ANANDIA YUSKA, SpOG

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 - All right reserved by Bidan Pendidik STIKES Karya Husada Pare | Template design by Herdiansyah Hamzah | Published by h4r1
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome, flock and opera.