Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
MSN Indonesia Bisnis Indonesia Kompas Republika Tempo Detiknews Media Indonesia Jawa Pos Okezone Yahoo News New York Times Times Forbes
Google Yahoo MSN
Bank Indonesia Bank Mandiri BNI BCA BRI Cimb Niaga BII
Hariyono.org Education Zone Ekonomi Mikro Ekonomi Makro KTI-PTK Akuntansi Komputer Media Pend.Askeb Media Bidan Pendidik Materi Blog Kampus # # #
mandikdasmen Depdiknas Kemdiknas BSNP Kamus Bhs Indonesia # # # # # #
Affiliate Marketing Info Biz # # # # # # # # #
Bisnis Online Affilite Blogs Affiliate Program Affiliate Marketing # # # # # # # # #

Sabtu, 12 Desember 2009 | 08.23 | 0 Comments

Cara Tepat Mengatasi Kejang Pada Anak

Jangan pernah menyepelekan kejadian kejang pada anak. Penanganan yang tidak tepat dapat mempengaruhi tingkat kecerdasannya, apalagi sampai terlambat diobati. Anak bisa menderita penyakit epilepsi, bahkan keterbelakangan mental. Bila hal itu terjadi, Anda akan menyesal seumur hidup!
Sebelum kejang biasanya anak akan menderita demam yang tinggi sekitar 38 - 40 derajat Celcius. Pada saat demam ini, kekejangan yang terjadi, tergantung kekuatan tubuh si anak. Banyak anak demam tinggi dan kejang setelah melakukan imunisasi. Biasanya setelah imunisasi, dokter memberi resep obat penurun panas untuk segera diminumkan ke si kecil.
Kejang yang sering terjadi pada anak adalah kejang kontraksi otot yang berlebihan di luar kehendak. Kejang semacam itu terjadi saat suhu tubuh meningkat. Kejang ini disebut kejang demam atau mengejangnya otot-otot pangkal tenggorok sebagai akibat menyempitnya jalan napas yang disebut kejang laring. Penyakit yang di manifestasikan kejang yaitu penyakit kejang demam, epilepsi atau tuberkolusis intrakranial atau orang awam menyebutnya TBC otak.
Kejang demam dapat berjalan singkat dan tidak berbahaya. Tapi bila kejang mencapai 15 menit dapat membahayakan si kecil, karena bisa menyebabkan kerusakan otak sehingga dapat menyebabkan epilepsi, kelumpuhan bahkan bisa menyebabkan retardasi atau keterbelakangan mental. Kejang demam dialami 2-3 persen anak-anak.
Kejang demam terbagi dua, yaitu kejang demam yang sederhana dan kejang demam yang akibat penyakit lain atau gangguan dalam tengkorak kepala. Kejang sederhana dengan ciri-ciri menyerang anak usia 4 bulan sampai 4 tahun, kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit, kejang timbul dalam 16 jam demam pertama, frekuensi demam kurang dari 4 kali dalam setahun.
Kejang dapat timbul pula ketika si kecil menderita muntah dan diare. Kejang bisa pula timbul tanpa demam, yaitu disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan diare, sakit lama yang menyebabkan gula darah rendah, asupan makan yang kurang, atau menderita kejang yang sudah lama dialami akibat epilepsi. Kejang akibat kelainan neurologis atau gangguan perkembangan, berlangsung lebih dari 15 menit.
Keturunan

Kejang akibat penyakit lain seperti epilepsi biasanya berasal dari keluarga memiliki riwayat kejang demam sama. Orang tua yang pernah mengalami kejang sewaktu kecil sebaiknya waspada, karena si kecil berisiko tinggi mengalami kejang yang sama.
Selain faktor keturunan, setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu fungsi otak dapat pula menyebabkan kejang. Bisa akibat trauma lahir, trauma kepala, tumor otak, radang otak, perdarahan di otak, hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), gangguan elektrolit, gangguan metabolisme, gangguan peredarah darah, keracunan, alergi dan cacat bawaan.
Anak yang pernah menderita kejang demam, sebesar 50 persen berisiko terkena kejang demam kembali dalam setahun pertama setelah kejang. Anak yang menderita kejang demam kemudian diikuti dengan kejang tanpa demam berisiko lima kali lebih besar menderita retardasi mental.
Kejang-kejang kemungkinan bisa terjadi bila suhu badan sang bayi atau anak terlalu tinggi. Dimana pada saat kejang badannya menjadi kaku, bola mata berbalik keatas, kondisi ini biasa disebut "step". Bila si kecil mengalami keadaan ini, segeralah bawa ke dokter atau rumah sakit yang terdekat. Karena jika keadaan kejang seperti ini dibiarkan terlalu lama, dapat menbahayakan si kecil.
Jangan mudah percaya bahwa minum kopi bisa menghindari dari kejang atau step. Secara medis, sebetulnya kopi tidak berguna untuk mengatasi kejang. Kopi justru dapat menyebabkan tersumbatnya pernapasan bila diberikan pada saat anak Anda mengalami kejang, yang akhirnya mengantarkan pada kematian.
Kasus kejang kopi ini pernah terjadi di Balikpapan, seorang bocah laki-laki berusia 5 tahun yang mengalami sakit muntaber. Setelah diberi pengobatan di sebuah rumah sakit, kondisi bocah tersebut mulai membaik. Namun ketika sampai di rumah, bocah bernama Andika tersebut mengalami kejang-kejang.
Bermaksud menghentikan kejang si bocah, ibu bocah itu kemudian memberikan sesendok cairan kopi yang kebetulan ada didekatnya pada si Andika yang sedang kejang. Kejangnya bukan berkurang, seluruh badannya mengalami kejang semakin hebat dan selanjutnya Andika tidak bergerak lagi.
Cara penanganan masalah demam kejang pada anak, yang penting jangan panik. Kemudian, kompres bagian kening kepala dan ketiak si kecil dengan kain handuk dari air hangat agar panas cepat terserap. Lakukan hal ini berulang kali.
Kenakan pakaian yang longgar, dan hindari pakaian tebal pada si kecil. Usahakan pula kondisi kamar si kecil yang selalu nyaman agar rasa panas tubuh tidak bertambah. Bila panas tubuh tak kunjung mereda, secepat mungkin bawalah ke rumah sakit, klinik atau dokter terdekat.
Jangan melakukan pengkompresan dengan lap yang dingin, karena dapat menyebabkan korslet di otak --akan terjadi benturan kuat karena atara suhu panas tubuh si kecil dengan lap pres dingin. Kalau dinyatakan epilepsi, segera minum obat resep dokter secara teratur.
Sediakan obat anti kejang lewat dubur di rumah jika kejang membuat anak tidak mungkin meminum obat. Selain itu, sediakan pula obat penurun panas di rumah seperti parasetamol. (Kentos/Berbagai sumber)
sumber : Suara Karya

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 - All right reserved by Bidan Pendidik STIKES Karya Husada Pare | Template design by Herdiansyah Hamzah | Published by h4r1
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome, flock and opera.